Jumat, 07 Oktober 2016

Halooo yg biasa bertukar kabar lewat tulisan, diperantarai benda bernama handphone. Apa kabar hari ini? Sehat2 kan? Sibuk? Atau sengaja menghindar dari saya? Apapun itu semoga kamu selalu baik-baik. Tanpa kabar adalah kabar bahwa tidak ada kabar. Entah saya rindu atau tidak. Hanya saja saya merasa ada yg hilang (mulai) hari ini. Tidak usah mengernyitkan dahi. Saya bisa atasi perasaan saya. Bagaimana kamu ke saya itu urusanmu. Bagaimana saya ke kamu itu urusanku. Selamat sibuk ya mas. Jaga kesehatan, jangan diforsir, semoga sehat selalu. Dan jgan ngantuk. Ini hari terakhir masuk malam kan? Sukses turnamennya, dan ...
Ah sudahlah toh tulisan ini tidak akan kamu baca. Terima kasih untuk waktunya. Mungkin kita akan bertemu lagi dg waktu dan keadaan yang jauh berbeda. Kamu akan bisa meluluhkan perempuan manapun dengan ketulusanmu mas.

Dari yang kamu sebut adik.

Kamis, 29 September 2016

Sempurna menggengam seluruh harapan sendirian. Dan tetap memposisikan diri sebagai yang terkuat. Saya kalah, lagi. Saya mengenggam harapan, lagi. Saya membiarkan hati saya untuk berharap, lagi. Paling tidak untuk perasaan saya ini, saya jadi tau bahwasaya masih punya hati. Meskipun bukan untuk kamu sambut dan lagi2 saya harus tersenyum kecut.

Senin, 12 September 2016


Tapi aku sudah tau..
Kamu hanya bersikap baik..

Aku yang selalu memegang harapan ini..
Dan aku yg selalu salah paham.
Sebelum kusadari, harusnya aku berhenti berharap..

'Jika kau baik padaku, kau juga baik pada yang lain'
Aku selalu hampir lupa akan hal itu.

Dan akhirnya akulah yang terkuat dalam kekalahan..

Dan kenyataan itu kejam..

*repost dari blog sahabat saya, seorang mahasiswa seni rupa semester akhir. Dan entah kenapa kebanyakan tulisannya saya bgt

Selasa, 30 Agustus 2016

Membiarkan ruang bicara tetap terjaga. Meskipun harus saya yg mengabaikan segalanya. Seolah tanpa rasa. Seolah tidak inginkan 'nama' untuk 'kita'. Saya harap Tuhan membiarkan rasa sesederhana ini. Tidak perlu ingin tau lebih jauh atau ingin memiliki lebih utuh. Meskipun saya selalu ingin tau lebih jauh bagaimana caramu melihat dunia. Dan saya ingin selalu dipihakmu memastikan kebahagiaanmu. Tapi cukup, sungguh cukup sekedar menyapamu lewat tulisan. Sungguh cukup kedekatan kita dibatasi layar empat inchi. Karena dengan begitu, jika suatu saat kamu pergi, tidak akan ada yang banyak bertanya. Dan saya akan mengenangmu sebagai sisa mimpi semalam.

Rabu, 10 Agustus 2016

dan jangan lupa peluk waktu erat-erat. Nikmati seluruh milisekonnya sebagai identitas kehidupanmu. Pagi selalu menawarkan cerita baru. Berawal dari segelas kopi sebagai keharusan sepagi ini. Jalani hari senikmat secangkir kopi yg sedang tersaji. Dan khusus bagimu, teman semejaku dg kopi yg sering kali menjembatani perbincangan abstrak kita tentu saja kau juga sedang ditemani sebatang rokok diantara celah jemari. Semoga kau akan berhenti melakukannya 😁
Selamat beraktifitas 🙈💪🙋

Selasa, 09 Agustus 2016

entah bagaimana jadinya besok. entah akan semakin mendekat dan lekat atau hilang dan tanpa kabar. entah pada akhirnya bersama atau dalam pelukan berbeda. entah nanti saya akan mengakui atau berdrama tanpa rasa. yang saya tau, saya nyaman, terbiasa atas kehadiranmu meskipun dalam tulisan. tidak banyak kata, hanya ingin menyapamu saja. karena sepagi ini kamu tanpa kabar.

Senin, 08 Agustus 2016

selalu tulus seperti bertahun lalu. masih menyimpan rasa meskipun dengan kadar secukupnya. bukan karena tidak pantas untuk lebih. tapi karena saya tau, kamu selalu mencinta dengan caramu. meskipun kamu sudah pernah jatuh hati kembali, tapi perempuan dengan senyum yang katamu menawan itu masih mempunyai tahta atas hatimu. saya selalu kagum pada caramu mencinta, dari kamu juga saya belajar mencintai dengan sederhana tapi dengan cara saya. segera selesaikan skripsi mas, setelah itu bergegaslah pergi menjelajah dunia, menjadi hebat dan berguna. dan jika suatu saat nanti ada yang bertanya pada saya siapa kamu, saya akan menjawab 'lelaki tulus itu sahabatku'
Saya sedang tidak melakukan apa-apa. Berusaha menahan diri untuk tidak kemana mana. Jatuh hati kali ini sejadinya, meskipun pada hati yg sepertinya masih sendu tapi langitku jadi membiru. Saya mengharapkan yg tidak ditawarkan, lagi.

Sabtu, 06 Agustus 2016

Untuk hal-hal yang selalu menakjubkan setiap harinya. Untuk orang-orang luar biasa yang selalu mengelilingi saya. Atas semua mimpi yang sedang kami perjuangkan. Selalu jaga kami pada keataatan padaMu Rabb. Agar kami tidak pernah lupa bersyukur. Agar kami Engkau ridhai menyapa dunia, berkeliling menjalajahi negeri-negeri yang jauh. Dan saat itu, kami adalah anak-anak muda yang telah lengkap((:
Saya sedang berdiri ditempat yang tinggi. Terhampar alamNya yg begitu megah. Angin semilir membisik namamu. Saya tertegun, tersenyum kecut. Saya susah payah ke tempat ini, sengaja meninggalkan semua beban, termasuk kamu, bahkan nama saja enggan saya bawa. Semuanya saya tinggal, semua, semuanya tentang kamu yang memang seharusnya saya akhiri sejak awal. Tapi alampun seakan bersekongkol hingga menitipkan namamu pada angin. Saya bisa apa selain menciptakan jarak? Mengakhiri rasa yg saya tanggung sendiri? haha klise sekali.

Rabu, 03 Agustus 2016

Membiarkan pergi adalah sama seperti kita berdiri di halte, lantas setelah ditunggu lama, sebuah bus mendekat, penumpang naik, bus beranjak jalan, menjauh, dan kita tetap berdiri di halte tersebut. Menatapnya dengan segenap perasaan.
Membiarkan pergi adalah salah satu cabang perasaan sejati. Seberapa lama pun kita telah menunggu bus itu, seberapa penting urusan kita, namun kita,membiarkan pergi dgn ihklas, karena boleh jadi itu keputusan terbaik atas nama kehormatan perasaan.
*Tere Liye