Senin, 30 November 2015

Halooo yg biasa memberi kabar lewat percakapan dg perantara benda bernama handphone. Sedang dimana? Baik2 saja? Sibuk sekali ya? Saya bukannya merindu, hanya merasa ada yg hilang saja yaitu kabar dari kamu. Tidak usah mengeryitkan dahi, saya tau batasnya, saya hanya perlu terbiasa tanpa kabar dari kamu seperti sebelum saya terbiasa. Selamat malam. Selamat sibuk ya. Dan jangan ngantuk. Semoga sehat selalu.

Senin, 23 November 2015

jika saja berkata rindu padamu semudah menyentuh hujan,
aku tidak perlu menunggu dan enggan
segera beritahu aku bagaimana kabarmu.

Jumat, 20 November 2015

Setelah lama sekali. Setelah aku mulai berdamai dengan keadaan, menerima kepulanganmu kembali padaNya, malam ini ijinkan aku menangis sejadinya demi segala kerinduanku pada sosokmu bang. Bukannya tanpa alasan, tapi barang kali ini juga akumulasi dari kerinduan pada kedua orang tua kita. Rinduku pada mereka tercipta karena jarak sementara rinduku pada kamu sempurna karena terpisah ruang dan waktu. Aku tidak akan bertanya kabar, karena aku selalu yakin kamu baik-baik disana. Dan aku juga tidak perlu menyampaikan kabarku karena kamu selalu tau sejak kamu pulang kepadaNya, aku rapuh. Maaf untuk sungai kecil di pipiku bang, kamu tau itu selalu menjadi bukti sekaligus pengurang sesak yang disebabkan rindu. Aku sedang banyak-banyaknya menyibukkan diri. Membuat aku tenggelam dalam kesibukan agar aku lupa punya kehidupan. Tapi kemarin hariku terusik bang. Apalagi klo bukan undangan pernikahan dari sahabatmu. Egoku yang masih belum sempurna mati pelan berbisik andai saja kamu masih ada bang. Tentu kamu juga akan sebahagia mereka. Seandainya takdir berpihak pada kamu tentu hari bahagia yg dimiliki sahabat2mu kamu jg seharusnya merasakannya. Memiliki dan memberikan seutuhnya kebahagiaan pada bunga mawarmu. Menghadirkan celoteh 'cucu' bagi ibu dan bapak sekaligus keponakan untukku. Seandainya bang seandainya. Tapi ya sudahlah, kepulanganmu padaNya tidak merenggut kebahagiaan siapapun juga tidak menjadi penghalang bagi kebahagiaan siapapun. Semoga dengan menerima ini aku juga bisa melanjutkan hidup dg lebih lapang juga tegar. Bang, maaf untuk malam ini aku kembali menangis tersedu karena rindu. Tapi aku berjanji aku akan tetap berdamai dengan keadaan apapun. Bang bisakah kamu dtg malam ini? Aku hanya ingin kamu elus kepalaku dan yakinkan aku segalanya tetap baik-baik saja. Bang, aku rindu.

Kamis, 19 November 2015

jika menunggu sama dengan rindu
itu berarti aku merindumu sejak berjam-jam lalu
kamu yang masih menunggu
dan kamu yang berhak ditunggu
meski (mungkin) kamu tidak akan datang padaku
dan aku (harus) bergegas melepasmu

Senin, 16 November 2015

Bukannya abu-abu tapi kamu masih sempurna ungu. Belum memudar meski sejengkal. Belum terlihat mau beranjak meski tersuruk-suruk. Bukan cuma hatimu, hatiku juga sempurna mati rasa. Tapi yasudahlah, toh kamu masih sempurna ungu. Kamu masih sempurna menunggu. Selamat untuk yang hatinya mengharu biru tapi tetap tidak beranjak.

Kamis, 12 November 2015

bukankah aku dan kamu sama-sama pernah menebak yang kelabu sebagai ungu juga mengira abu-abu sebagai biru? kenapa kita tidak saling menjelaskan saja mana yang benar ungu dan mana yang sesungguhanya biru. atau jika kita sama-sama masih tak mampu, setidaknya kamu bisa menertawakan aku lebih lepas dan aku bisa melihat raut wajahmu saat kamu menyebut dirimu sendiri dungu dengan puas. jadi, masih menunggu? setidaknya aku sudah tidak :p
Daripada mencemaskan yg sudah tergariskan, mengapa kita tidak mengusahakan yang bisa diubah lewat usaha keras? Rejeki, pekerjaan, membuka kesempatan untuk melanjutkan studi, sampai memutar otak demi membahagiakan orang tua yang sudah tak semandiri dulu misalnya? Hal-hal itu lebih layak mengakuisisi ruang otak kita dibanding terus-terusan galau memikirkan pasangan yang sudah jelas dipersiapkan oleh Yang Maha Kuasa.
Akan tiba masanya, ketika kita memandang orang yang tertidur dengan lelap di sisi kanan sembari mengulum senyum. Ternyata begini jalannya. Ternyata inilah jodoh kita yg telah disiapkan semesta. Suatu hari, semua kecemasan yang memenuhi rongga kepala ini hanya akan jadi bahan tertawaan saja.
Sebab pada akhirnya, jodoh toh sebenarnya sederhana.

*just repost*

Rabu, 11 November 2015

'Kau tau, hampir semua orang pernah kehilangan sesuatu yg berharga miliknya, amat berharga malah. Ada yang kehilangan sebagian tubuh mereka, cacat, kehilangan pekerjaan, kehilangan anak, orang tua, benda-benda berharga, kekasih, kesempatan, kepercayaan, nama baik, dan sebagainya Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang kau alami mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif lebih atau kurang. Semua kehilangan itu menyakitkan.
Apapun bentuk kehilangan itu, ketahuilah, cara terbaik untuk memahaminya selalu dari sisi yg pergii!!! Bukan dari sisi yg ditinggalkan. Kalau kau memaksakan diri memahaminya dari sisimu, maka kau akan mengutuk Tuhan, hanya mengembalikan masa-masa gelap itu. Bertanya apakah belum cukup penderitaan yang kau alami! Bertanya mengapa Tuhan tega mengambil kebahagiaan orang-orang baik, dan sebaliknya memudahkan jalan bagi orang-orang jahat. Kau tidak akan pernah menemukan jawabannya, karena kau dari sisi yang ditinggalkan.'

*rembulan tenggelam diwajahmu*

Selasa, 10 November 2015

Aku lancang berteriak pada dunia. Bercerita seolah-olah ada cerita yang sudah terbaca. Meyakinkan entah siapa bahwa segalanya akan berjalan 'sebagaimana' mestinya. Tuhan, aku lancang. Berusaha menulis cerita dusta untuk meyakinkan dunia. Tuhan, jangan lebihkan ini.itu saja.

Senin, 09 November 2015

jadi saat ini saya seolah sedang berjudi, berjudi dengan waktu dan rasa. saya tidak ingin terburu-buru menyimpulkan yang abu-abu sebagai biru. membiarkanmu tetap abu-abu lebih baik, sampai kamu sendiri yang akan menjelaskannya tanpa aku harus menerka. meskipun harus menunggu lama? sampai ada ruang tak terbatas untukku? kapan? entahlah. bukankah aku berjanji aku hanya akan menemanimu menunggunya? hanya itu, tidak akan lebih hingga kamu sendiri yang akan meminta.

sungguh sebenarnya saya tidak suka gambling seperti ini --'

Rabu, 04 November 2015

kamu boleh menunggu lama hingga yang kau tunggu tak datang lagi. menikmati senja sambil meratappun silahkan saja. sampaikan besarnya rasamu itu pada desau angin yang menyapanya setiap hari. membawanya kedalam setiap cangkir kopimu pun tak masalah. peluk erat saja rindumu untuknya. ceritakan sebebasnya padaku tentang setiamu padanya. aku akan mendengarkanmu, dan tidak akan bertanya banyak hal. aku hanya akan menemanimu untuk menunggunya.