Jumat, 20 November 2015

Setelah lama sekali. Setelah aku mulai berdamai dengan keadaan, menerima kepulanganmu kembali padaNya, malam ini ijinkan aku menangis sejadinya demi segala kerinduanku pada sosokmu bang. Bukannya tanpa alasan, tapi barang kali ini juga akumulasi dari kerinduan pada kedua orang tua kita. Rinduku pada mereka tercipta karena jarak sementara rinduku pada kamu sempurna karena terpisah ruang dan waktu. Aku tidak akan bertanya kabar, karena aku selalu yakin kamu baik-baik disana. Dan aku juga tidak perlu menyampaikan kabarku karena kamu selalu tau sejak kamu pulang kepadaNya, aku rapuh. Maaf untuk sungai kecil di pipiku bang, kamu tau itu selalu menjadi bukti sekaligus pengurang sesak yang disebabkan rindu. Aku sedang banyak-banyaknya menyibukkan diri. Membuat aku tenggelam dalam kesibukan agar aku lupa punya kehidupan. Tapi kemarin hariku terusik bang. Apalagi klo bukan undangan pernikahan dari sahabatmu. Egoku yang masih belum sempurna mati pelan berbisik andai saja kamu masih ada bang. Tentu kamu juga akan sebahagia mereka. Seandainya takdir berpihak pada kamu tentu hari bahagia yg dimiliki sahabat2mu kamu jg seharusnya merasakannya. Memiliki dan memberikan seutuhnya kebahagiaan pada bunga mawarmu. Menghadirkan celoteh 'cucu' bagi ibu dan bapak sekaligus keponakan untukku. Seandainya bang seandainya. Tapi ya sudahlah, kepulanganmu padaNya tidak merenggut kebahagiaan siapapun juga tidak menjadi penghalang bagi kebahagiaan siapapun. Semoga dengan menerima ini aku juga bisa melanjutkan hidup dg lebih lapang juga tegar. Bang, maaf untuk malam ini aku kembali menangis tersedu karena rindu. Tapi aku berjanji aku akan tetap berdamai dengan keadaan apapun. Bang bisakah kamu dtg malam ini? Aku hanya ingin kamu elus kepalaku dan yakinkan aku segalanya tetap baik-baik saja. Bang, aku rindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar